Total Tayangan Halaman

Rabu, 20 Agustus 2014

Ayah Kaya dan Ayah Miskin

Aku punya dua ayah - yang kaya dan yang miskin. Ayah yang satu ini sangat berpendidikan dan cerdas; ia Ph.D. dan telah menyelesaikan empat tahun kerja sarjana dalam waktu kurang dari dua tahun. Dia kemudian pergi ke Stanford University, University of Chicago, dan Northwestern University untuk melakukan studi lanjutan nya, semua pada penuh, beasiswa keuangan. Ayah saya yang lain tidak pernah selesai kelas delapan. Kedua pria itu berhasil dalam karier mereka, bekerja keras sepanjang hidup mereka, dan keduanya memperoleh pendapatan substansial. Namun satu ayah berjuang secara finansial sepanjang hidupnya dan ayah lainnya akan menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii. Satu meninggal dan meninggalkan puluhan juta dolar untuk keluarganya, amal, dan gereja-Nya. Yang lain meninggalkan warisan tagihan yang belum dibayar. Kedua pria itu kuat, karismatik, dan berpengaruh. Kedua pria menawarkan saran, tetapi mereka tidak menyarankan hal yang sama. Rich Dad Poor Dad - Kontras Points of View Memiliki dua ayah sebagai penasehat menawarkan perspektif titik kontras pandang: salah satu orang kaya dan salah satu dari orang miskin. Masalahnya adalah bahwa ayah kaya saya belum kaya, dan ayah miskin saya belum miskin. Keduanya baru saja memulai dalam karir mereka; keduanya berjuang dengan uang dan keluarga. Tapi, terlepas dari mereka kesamaan, keduanya memiliki poin yang sangat berbeda pandang tentang masalah uang. Ayah yang satu akan berkata, "Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan." Yang lainnya, "Kekurangan uang adalah akar dari segala kejahatan." Memiliki dua ayah - dan mencintai mereka berdua - memaksa saya untuk berpikir tentang, dan akhirnya memilih, cara berpikir untuk diriku sendiri. Aku harus berpikir tentang nasihat setiap ayah dan, dalam melakukannya, memperoleh wawasan berharga kekuatan dan pengaruh pikiran seseorang pada kehidupan seseorang. Sebagai contoh: Ayah miskin saya punya kebiasaan mengatakan, "Saya tidak mampu membelinya." Ayah saya yang kaya melarang kata-kata yang akan digunakan. Dia bersikeras bahwa saya berkata, "Bagaimana saya bisa membelinya?" Salah satunya adalah pernyataan, yang lain pertanyaan. Satu memungkinkan Anda lolos; kekuatan lain Anda untuk berpikir. Ayah kaya saya akan menjelaskan bahwa dengan secara otomatis mengucapkan kata-kata "Saya tidak mampu membelinya" otak Anda berhenti bekerja. Dengan mengajukan pertanyaan "Bagaimana saya bisa membelinya?" otak Anda disuruh bekerja. Latihan pikiran Anda Ayah saya yang kaya tidak berarti 'membeli segala sesuatu yang Anda inginkan. "Dia, meskipun, fanatik tentang latihan pikiran Anda - komputer yang paling kuat di dunia. Ayah kaya saya berkata: "Otak saya semakin kuat setiap hari karena saya melatihnya Semakin kuat karena mendapat, semakin banyak uang yang saya dapat membuat.." Dia percaya bahwa secara otomatis mengatakan "Saya tidak bisa membelinya" adalah tanda kemalasan mental. Meskipun kedua ayah bekerja keras, saya melihat bahwa ayah miskin saya punya kebiasaan menempatkan otaknya tidur ketika datang ke masalah uang. Ayah saya yang kaya, di sisi lain, membuat kebiasaan berolahraga otaknya. Hasil jangka panjang adalah bahwa satu ayah semakin kuat secara finansial dan yang lain tumbuh lebih lemah. Pikiran kami Shape Our ​​Lives Menjadi produk dari dua ayah yang kuat memungkinkan saya kemewahan mengamati efek bahwa pikiran yang berbeda terhadap kehidupan seseorang. Aku melihat bahwa orang-orang benar-benar membentuk hidup mereka melalui pikiran mereka. Kekuatan pikiran kita mungkin tidak pernah diukur atau dihargai, tetapi menjadi jelas bagi saya sebagai seorang anak muda bahwa ada nilai dan kekuatan dalam menyadari pikiran saya dan bagaimana saya mengekspresikan diri. Saya melihat bahwa ayah saya yang miskin adalah miskin bukan karena jumlah uang yang diperolehnya - yang signifikan - tetapi karena pikiran dan tindakannya. Sebagai anak muda, memiliki dua ayah, saya menjadi sadar berhati-hati dalam menentukan pikiran saya memilih untuk mengadopsi sebagai saya sendiri dan kepada siapa harus saya mendengarkan - ayah kaya saya atau ayah saya yang miskin? Pada usia sembilan, saya memutuskan untuk mendengarkan dan belajar dari ayah kaya saya tentang uang. Dengan demikian, saya memilih untuk tidak mendengarkan ayah saya yang miskin - ayah kandung saya - meskipun dia adalah satu dengan semua gelar sarjana. Ayah Perbedaan Salah satu ayah saya adalah multijutawan. Yang lainnya adalah orang miskin. Mengapa? Sangat sederhana, ia datang ke sikap masing-masing terhadap uang dan kehidupan. Lihatlah perbedaan dan berpikir tentang di mana Anda cocok ... Poor Dad vs Ayah Kaya My Poor Dad mengatakan: "Rumah saya adalah aset." My Ayah Kaya berkata: "Rumahku adalah kewajiban." Ayah kaya berkata, "Jika Anda berhenti bekerja hari ini, aset memasukkan uang di saku Anda dan liabilitas mengeluarkan uang dari saku Anda. Terlalu sering orang menyebutnya aset kewajiban. Sangat penting untuk mengetahui perbedaan antara keduanya." Poor Dad: "Aku tidak mampu membelinya." Rich Dad: "Bagaimana saya bisa membelinya?" ROBERT KIYOSAKI

Selasa, 19 Agustus 2014

DZIKRULLÂH

Archive for DZIKRULLÂH Memperbanyak Dzikir Lâ Ilâha Illallâh May 7, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Memperbanyak Dzikir Lâ Ilâha Illallâh Kalimat “Lâ ilâha illallâh” adalah dzikir yang paling utama, sebagaimana sabda Rasûlullâh saw.: “Seutama-utamanya dzikir ialah “Lâ ilâha illallâh” dan seutama-utamanya do’a ialah “Al-Hamdulillâh”. (H.R. Nasâ-î). Yang dimaksud Al-Hamdulillâh di sini menurut sebagian ‘Ulama ialah surah Al-Fâthihah yang memiliki kandungan do’a yang sempurna. Nabi saw. memerintahkan untuk memperbanyak membaca kalimat ini, beliau bersabda : “Tetapkanlah oleh kalian (menyebut) “Lâ ilâha illallâh dan Istighfâr“ (menyebut Astaghfirullâh). Karena sesungguhnya Iblis berkata : Aku merusak manusia dengan dosa, maka ia merusak aku dengan “Lâ ilâha illallâh dan Istighfâr”. Maka ketika aku melihat hal itu, aku rusak mereka dengan hawa-nafsu sehingga mereka menyangka seolah-olah telah mendapatkan petunjuk – dengan hawa-nafsunya – (H.R. Bukhârî & Muslim dari Abu Bakar) Bacaan-bacaan Dzikir di waktu Pagi dan Sore May 7, 2009 Debby Nasution 1 Comment » DZIKRULLÂH Bacaan-bacaan Dzikir di waktu Pagi dan Sore A. Untuk Menghadapi Hari Kiamat Rasûlullâh saw. bersabda : “Barang siapa yang mengucapkan : “Subhânallâhi wa bi hamdih” 100 X ketika masuk waktu subuh dan ketika waktu sore, maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat – bisa mengalahkan – keistimewaan yang dibawanya, kecuali seorang yang mengucapkan seperti itu juga atau lebih banyak dari itu”. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah) Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa kalimat (dzikir) “Subhânallâhi wa bi hamdih” mempunyai keistimewaan untuk menghapus dosa, yaitu bila dibaca 100 X dalam satu hari. Sebagaimana sabda Rasûlullâh saw. : “Barang siapa yang mengucap “Subhânallâhi wa bi hamdih” 100 X dalam sehari, maka dihapus seharinya segala dosa-dosanya, walau pun dosa itu seperti buih lautan”. (H.R. Bukhârî & Muslim) B. Untuk Menjaga Diri dari Mara Bahaya Rasûlullâh saw. bersabda : “Tidak ada seorang hamba pun yang mengucapkan pada waktu pagi dan sore: “Bismillâhil-ladzî lâ yadhurru ma’asmihî syai-un fil-ardhi wa lâ fis-samâ-i, wa huwas-samî’ul-‘alîm”, 3 X, kecuali tidak ada sesuatu pun yang membahayakan kepadanya”. (H.R. Tirmidzi dan ia berkata : Hadits Hasan Shahîh) Terjemahannya : “Dengan nama Allâh yang tidak ada – yang bisa membahayakan – bersama Nama-Nya sesuatu pun di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Dan ‘Abdullâh bin ‘Umar berkata : “Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah meninggalkan do’a-do’a ini ketika beliau masuk pada waktu sore dan subuh, yaitu : “Allâhumma innî as-alukal-‘âfiyata fid-dun-yâ wal-âkhirah. Allâhumma as-alukal-‘afwa wal-‘âfiyata fî dînî wa dun-yâya, wa ahlî wa mâlî. Allâhummas-tur ‘aurâtî, wa âmin rau’âtî. Allâhummah-fazhnî min baini yadayya, wa min khalfî, wa ‘an yamînî, wa ‘an syimâlî, wa min fauqî, wa a’ûdzu bi’azhimatika an ughtala min tahtî”. (H.R. Abu Dawud, Nasâ-î dan Ibnu Majah. Hakim berkata : Shahîh Isnadnya) Terjemahannya : “Ya Allâh, sesungguhnya aku minta kepada-Mu kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Ya Allâh, aku minta kepada-Mu kema’afan dan kesejahteraan di dalam agamaku dan duniaku, keluargaku dan harta bendaku. Ya Allâh, tutuplah semua cacatku dan amankanlah kekuatiranku. Ya Allâh, jagalah aku dari depanku, dan dari belakangku, dan dari sebelah kananku, dan dari sebelah kiriku, dan juga dari atasku. Dan aku berlindung dengan keagungan-Mu (dari) tertimpa bahaya dari bawahku”. Waki’berkata : “Maksudnya gempa”. Membaca surah Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Nâs masing-masing 3X sebagaimana disebutkan oleh ‘Abdullâh bin Hubaib : “Kami keluar di suatu malam yang hujan lebat dan gelap-gulita. Kami mencari Nabi saw. agar beliau shalat untuk – mengimami – kami. Maka kami pun menjumpai beliau. Maka beliau berkata : “Katakanlah!”. Maka aku tidak mengatakan sesuatu. Maka beliau berkata lagi : “Katakanlah !”. Aku pun berkata : “Wahai Rasûlullâh, apa yang harus aku katakan ?’. Beliau bersabda : “Qul Huwallâhu ahad dan dua surah mu’awwidzah (minta perlindungan) – yaitu : Al-Falaq dan An-Nâs – ketika engkau masuk di waktu sore dan ketika waktu subuh — masing-masing – 3x, maka akan mencukupi (bacaan itu) bagimu dari segala sesuatu (yang membahayakanmu)”. (H.R. Abu Dawud, Nasa-I dan Tirmidzi, dan ia berkata : Hadits Hasan dan Shahîh) C. Persiapan Untuk Masuk Surga Membaca Sayyidul-Istighfâr atau Rajanya Istighfâr sebagaimana sabda Rasûlullâh saw. : Sayyidul-Istighfâr ialah : “Allâhumma anta Rabbî, lâ ilâha illâ Anta khalaqtanî, wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A’ûdzu bika min syarri mâ shana’tu, abû-u laka bi ni’matika ‘alayya, wa abû-u bi dzanbî, faghfir-lî, fa innahû lâ yaghfirudz-dzunûba illâ Anta”. Barang siapa yang membacanya di waktu sore hari, kemudian ia mati pada malamnya, niscaya ia masuk Surga. Dan barang siapa yang membacanya di waktu subuh, kemudian ia mati pada hari itu, niscaya ia masuk Surga. (H.R. Bukhârî) Terjemahannya : “Ya Allâh, Engkau Rabb-ku, tidak ada sesembahan kecuali Engkau yang telah menciptakanku. Dan aku hamba-Mu. Dan aku di atas janji-Mu dan peringatan-Mu (maksudnya : Aku harus mentaati perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu) semampu aku. Aku berlindung pada-Mu dari keburukan apa yang telah aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan kenikmatan-Mu atasku. Dan aku kembali dengan dosaku. Maka ampunilah aku. Maka sesungguhnya tidak ada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”. D. Membentuk Penjagaan Malaikat Dan Persiapan Mati Syahid Rasûlullâh saw. bersabda : “Barang siapa yang membaca di waktu subuh “A’ûdzu billâhis-samî’il-‘alîmi minasy-syaithânir-rajîm” 3x, kemudian membaca 3 ayat terakhir dari surah Al-Hasyr (59), maka Allâh akan menyerahkan 70.000 Malaikat kepadanya yang terus-menerus mendo’akannya hingga sore, dan jika ia mati pada hari itu, maka ia mati syahid. Dan siapa yang mengucapkannya di waktu sore, maka ia berada dalam kedudukan seperti itu”. (H.R. Ahmad dan Tirmidzi. Lihat Tafsir Ibnu Katsîr juz IV hal. 344) E. 4 (Empat) Kalimat Yang Istimewa Dari Juwairiyyah Ummul-Mu’minîn r.a., ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. keluar dari sisinya pada waktu pagi ketika beliau telah selesai shalat subuh dan ia (Juwairiyyah) – duduk – di tempat sujudnya. Kemudian beliau kembali setelah waktu dhuha, sedangkan ia (Juwairiyyah) masih duduk – di tempat nya –. Maka beliau berkata : “(Apakah) engkau terus-menerus dalam keadaan — seperti tadi – sewaktu aku tinggalkan”. Aku (Juwairiyyah) menjawab : “Benar”. Maka Nabi saw. berkata : “Sesungguhnya aku telah mengucapkan 4 (Empat) kalimat sesudah – meninggalkan – engkau tadi sebanyak 3x, seandainya ditimbang dengan – dzikir – yang engkau ucapkan sampai hari ini niscaya sama beratnya dengan nya (4(Empat) kalimat itu), yaitu; “Subhânallâhi ‘adada khalqihî, Subhânallâhi ridha nafsihî, Subhânallâhi zinata ‘arsyihî, Subhânallâhi midâda kalimâtihî . (H.R. Muslim) Terjemahannya : “Maha Suci Engkau (sebanyak) hitungan makhluq-Nya. Maha Suci Engkau (sebanyak) Keridhaan diri-Nya. Maha Suci Engkau (seberat) timbangan ‘Ârsy-Nya. Maha Suci Engkau (sepanjang) tinta kalimat-Nya”. F. Mengenai Keberatan Hutang Dari ‘Alî bin Abi Thâlib r.a., sesungguhnya seorang budak mukatab (yaitu budak yang dimerdekakan dengan membayar tebusan secara angsuran) datang kepadanya. Lalu ia berkata : “Sesungguhnya aku merasa berat (membayar) angsuranku, maka dari itu tolonglah aku”. ‘Alî pun berkata : “Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah diajarkan Rasûlullâh saw. kepadaku Seandainya kamu mempunyai tanggungan hutang semisal gunung, niscaya Allâh akan membayar hutang itu darimu. Ucapkanlah : “Allâhummak-finî bi halâlika ‘an harâmika wa aghninî bi fadhlika ‘amman siwâka”. (H.R. Tirmidzi) Terjemahannya : “Ya Allâh, cukupkanlah aku dengan kehalalan-Mu dari keharaman-Mu, dan kayakanlah aku dengan anugerah-Mu dari orang selain-Mu”. Catatan: Dzikir atau do’a ini tidak terbatas pada waktu sore atau subuh saja, akan lebih baik bila dibaca sesering mungkin di sembarang waktu terutama di dalam shalat, yaitu sesudah tahiyyat akhir sebelum salam. Fadhîlah (Keistimewaan) Dzikrullâh May 7, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH A. Menghidupkan Hati (Rohani) Rasûlullâh saw. bersabda : “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dan orang yang tidak berdzikir (lalai), adalah bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati” (H.R. Bukhârî dari Abu Musa Al-Asy-arî r.a.) Syaikhul-Islâm Ibnu Taymiyyah (rahimahullâh) berkata : “Dzikrullâh bagi manusia seperti air bagi ikan, maka lihatlah bagaimana ikan bisa hidup bila ia jauh dari air ?”. Begitulah hati manusia, tidak akan bisa hidup tanpa Dzikrullâh. B. ‘Amal yang Paling Baik, Suci Dan Agung Rasûlullâh saw. bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sebaik-baiknya ‘amal kalian, paling bersihnya ‘amal di sisi Penguasa kalian (Allâh), lebih luhurnya ‘amal di dalam derajat kalian, lebih baik bagi kalian daripada menginfaq-kan emas dan perak, bahkan lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu musuh kalian – di medan perang – kemudian kalian pukul (penggal) leher-leher mereka dan mereka pun memenggal leher-leher kalian?” Mereka (sahabat) berkata : “Baiklah ya Rasûlullâh”. Beliau saw. bersabda : “Dzikrullâh”. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Darda’. Hakim berkata : Isnadnya Shahîh). C. Mengusir Syaithan dan Pengaruhnya dari Hati Rasûlullâh saw. bersabda : “Tidak ada dari seorang anak Adam (manusia) pun melainkan pada hatinya ada dua rumah. Di dalam salah satu keduanya dihuni malaikat, sedang yang lainnya dihuni syaithan. Maka apabila ia berdzikir kepada Allâh Ta’âla, maka dia (syaithan) menyelinap (pergi). Dan apabila ia tidak berdzikir kepada Allâh (lalai), maka dia (syaithan) meletakkan moncong (mulut)nya di dalam hatinya (manusia) dan membisik-bisiki kepadanya (hati)”. (H.R. Mushannif Ibnu Abi Syaibah) Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan keistimewaan (fadhîlah) memperbanyak Dzikrullâh. Tujuan Dzikir Menurut Al-Qur-ân May 7, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Al-Qur-’ân telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berdzikir menyebut nama Allâh sebanyak-banyaknya, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Ahzab (33) : 41 : “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allâh, dzikir yang sebanyak-banyaknya”. Adapun tujuan dzikir – secara global – menurut Al-Qur-’ân ialah : A. Untuk menenteramkan hati Ini disebutkan dalam surah Al-Ra’du (13) : 28 : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allâh (dzikir). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allâh-lah (dzikir) hati menjadi tenteram”. B. Untuk mendapatkan keberuntungan Ini disebutkan dalam surah al-Jumûâh (62) : 10 : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia Allâh dan ingatlah Allâh (dzikir) banyak-banyak agar kalian beruntung”. Menurut Ibnu Katsîr, yang dimaksud keberuntungan dalam ayat ini ialah keberuntungan dalam soal jual-beli dan usaha-usaha lainnya. Sedangkan tujuan dari perintah untuk berdzikir kepada Allâh dengan sebanyak-banyaknya ialah agar kalian tidak dilalaikan oleh kesibukan dunia sehingga kalian lupa dari berdzikir, padahal berdzikir itu juga akan memberi manfaat bagi kehidupan akhirat kalian. Mujahid berkata : “Seseorang tidak akan bisa mencapai derajat dan terhitung sebagai hamba-hamba Allâh yang banyak berdzikir kepada Allâh, sehingga ia melaksanakan Dzikrullâh (berdzikir kepada Allâh) dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring”. (Tafsir Ibnu Katsîr juz IV hal. 367) Jadi, menurut ayat ini, Dzikrullâh (berdzikir kepada Allâh) yang banyak dapat memberikan kebahagiaan lahir dan batin serta keberuntungan dunia dan akhirat. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur-’ân yang berbicara tentang pentingnya memperbanyak Dzikrullâh. Pengertian Dzikir May 7, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Kata Dzikir berasal dari kata Dzakara yang artinya dari segi bahasa ialah : “Memelihara dalam ingatan”. Jadi, Dzakarallâha artinya : “(Ia) Memelihara ingatan untuk selalu mengingat Allâh dengan cara bertasbih dan mengagungkan-Nya”. Sedangkan Dzakara Ismallâh artinya : “Menyebut nama Allâh”. Imam Nawawi (rahimahullâh) mengatakan bahwa dzikir itu dapat dilakukan dengan hati atau dengan lisan. Akan tetapi lebih afdhal bila dilakukan dengan keduanya. Namun, bila ingin memilih diantara kedua hal itu, maka lebih afdhal bila dilakukan dengan hati. Di samping itu tidak layak bagi seseorang untuk meninggalkan dzikir dengan lisan dan hati hanya karena kuatir dituduh riya (pamer). Jadi, dzikir dengan hati dan lisan itu harus tetap dilakukan dengan niat semata-mata karena Allâh SWT. (Al-Adzkar hal. 6) Namun, Imam Nawawi juga menegaskan bahwa yang dimaksud dzikir di sini ialah hadirnya hati. Maka sudah sepantasnya bagi setiap orang yang melakukan dzikir untuk menyadari bahwa itulah tujuannya sehingga timbul keinginan untuk meraih hasilnya dengan mentadabbur ucapan-ucapan dzikirnya serta memikirkan makna-maknanya. Karena tadabbur atau tafakkur (merenung) dalam berdzikir merupakan keharusan sebagaimana ketika ia membaca Al-Qur-ân karena kedua-duanya memiliki maksud dan tujuan yang sama. (Al-Adzkar hal. 9) Allâh SWT. telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdzikir kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah (2) : 152 : “Maka berdzikirlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku”. Zaid bin Aslam menceritakan bahwa Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Allâh : “Wahai Rabb-ku, bagaimanakah cara aku bersyukur kepada-Mu?”. Maka Allâh SWT. menjawab : “Berdzikirlah engkau senantiasa kepada-Ku dan jangan engkau lalai dari-Ku. Maka jika engkau berdzikir kepada-Ku berarti engkau telah bersyukur kepada-Ku. Dan jika engkau lalai dari-Ku berarti engkau telah kufur kepada-Ku”. Anas bin Malik r.a. telah meriwayatkan bahwa Rasulûllâh saw. bersabda : Allâh Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : “Wahai Ibnu Adam, apabila engkau berdzikir (mengingat dan menyebut) Aku di dalam diri-mu, maka Aku-pun akan mengingat-mu dalam diri-Ku. Dan jika engkau berdzikir (mengingat dan menyebut) Aku di tengah-tengah kelompok yang mulia, maka Aku-pun akan mengingat dan menyebut-mu di tengah-tengah para Malaikat yang mulia……”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsîr juz I hal. 197) Arti lain dari kata Dzakara ialah : “Mengerti dan Memahami”. Jadi, bila dikatakan : “(Ia) Mengerti dan memahami perkara itu” Orang yang paham dan memiliki pengertian atau pengetahuan yang dalam disebut “Ahludz-Dzikri” sebagaimana disebut dalam Al-Qur-ân surah An-Nahl (16) : 43 : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad), kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan (Ahludz-Dzikri) jika kalian tidak mengetahui”. Dan juga dalam surah Al-Anbiya (21) : 7 : “Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah oleh-mu kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan (Ahludz-Dzikri) jika kalian tidak mengetahui”. Jadi, arti Adz-Dzikr dalam konteks ini ialah “Pengetahuan” atau “Ilmu”. Itulah sebabnya Al-Qur-’ân disebut Adz-Dzikr karena ia mengandung ilmu pengetahuan yang sempurna yang mencakup kehidupan dunia dan akhirat sebagaimana disebut dalam surah Al-Hijr (15) : 9 : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur-‘ân), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsîr juz II hal. 547) Berdasarkan ayat-ayat ini, Abu Ja’far Al-Baqir menegaskan bahwa umat Muhammad saw. adalah Ahlu-Dzikri, karena umat ini memiliki –sumber– pengetahuan yang paling lengkap dan sempurna dibanding umat-umat sebelumnya, yaitu : Al-Qur-’ânul-Karîm. (Lihat Tafsir Ibnu Katsîr juz II hal. 570) Muqaddimah May 7, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Dzikrullâh atau berdzikir mengingat Allâh merupakan perintah Allâh dan hal esensial bagi setiap muslim dalam menjalin hubungan pribadinya sebagai hamba dengan Allâh SWT. Sebagai Pencipta, sebagaimana firman Allâh : “Maka berdzikirlah kalian pada-Ku, Aku pun akan mengingat kalian” (Surat Al-Baqarah (2) : 152) Dalam sebuah hadits Qudsy, Allâh berfirman : “Wahai hamba-Ku, Aku ada pada persangkaanmu pada-Ku, dan Aku bersamamu apabila engkau berdzikir pada-Ku” (H.R. Al-Hâkim dari Anas. Lihat Fathul-Kabîr No. 4201) Jadi, orang yang senantiasa berdzikir kepada Allâh akan selalu diingat Allâh dan Allâh akan selalu menyertainya kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada. Dzikrullâh menurut Syaikhul-Islâm Ibnu Taymiyyah (rahimahullâh) adalah kebutuhan rohani yang vital bagi setiap muslim, beliau berkata : “Dzikrullâh bagi manusia seperti air bagi ikan, maka lihatlah bagaimana ikan bisa hidup bila ia jauh dari air” Keistimewaan (Fadhîlah) Kalimat Lâ Ilâha Illallâh March 22, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH A. Sebagai Kunci Surga (Miftahul-Jannah) Dari Mu’adz r.a. ia berkata : Rasûlullâh saw. bersabda kepadaku : “Kunci Surga adalah –kalimat – Lâ ilâha illallâh” ( Lihat Tafsir Ibnu Katsîr juz IV hal. 67) B. Senilai Surga Berdasarkan sabda Rasûlullâh saw. : “Siapa saja yang di akhir ucapannya Lâ ilâha ilallâh maka – akan – masuk Surga”. (H.R. Bukhârî) C. Menyelamatkan dari Neraka Rasûlullâh saw. pernah mendengar – suara – muadzdzin yang berseru: Asyhadu an-lâ ilâha ilallâh, maka beliau bersabda : “Ia telah keluar (bebas) dari Neraka”. (H.R. Muslim) Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan keistimewaan kalimat Lâ ilâha ilallâh. Keistimewaan (Fadhîlah) Istighfâr March 20, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Keistimewaan (Fadhîlah) Istighfâr Istighfâr berasal dari kata Istaghfara sedangkan asal katanya ialah Ghafara yang artinya dari segi bahasa : Satara “Menutupi” atau Ashlaha “memperbaiki”. Jadi, Ghafarallâhu-lahû artinya : “Allâh menutupinya Istaghfarallâha artinya “Minta kepada Allâh agar ditutupi dan diperbaiki” dari semua kesalahan yang pernah dilakukan. Atau dalam bahasa kita disebut “minta ampun kepada Allâh”. Al-Ustadz Al-Bahîl-Haulî mengatakan bahwa Istighfâr merupakan kunci pembuka rezeki langit baik yang berupa spiritual maupun material. Hal ini berdasarkan firman Allâh dalam surah Nuh (71) : 10, 11 dan 12 : Maka aku (Nuh) berkata (kepada mereka) : ”Beristighfârlah kalian kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan akan memperbanyak harta dan anak-anak kalian. Dan Dia akan jadikan buat kalian kebun-kebun dan Dia jadikan (pula) untuk kalian sungai-sungai´. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan supaya memperbanyak Istighfâr. Dalam sebuah hadits Rasûlullâh saw. bersabda : “Barang siapa yang biasa membaca Istighfâr, maka Allâh akan menjadikan jalan keluar baginya dari segala kesempitan, dan kesenangan dalam segala kesusahan serta memberinya rezeki dari arah yang tidak ia duga”. (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad) Di dalam hadits yang lain Rasûlullâh saw. bersabda : “Keberuntungan bagi orang yang mendapati dalam kitab catatan ‘amalnya — di hari kiamat – Istighfâr yang banyak”. ( H.R. Ibnu Majah dengan sanad yang jayyid) Dalam hadits yang lain Rasûlullâh saw. sebutkan jumlah Istighfâr yang biasa beliau baca dalam satu hari; Beliau saw. bersabda : “Demi Allâh, sesungguhnya aku niscaya beristighfâr kepada Allâh dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 70x dalam satu hari”. (H.R. Bukhârî) Dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata : “Kami pernah menghitung – Istighfâr – Rasûlullâh saw. dalam satu kali duduk 100x, beliau membaca : “Rabbighfir-lî wa tub ‘alayya, innaka Antat-Tawwâbur-Rahîm”. (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Tirmidzi berkata : Hadits Hasan Shahîh). Terjemahannya : “Wahai Rabb-ku, ampunilah aku. Dan terimalah taubat-ku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. Dalam hadits yang lain lagi Rasûlullâh saw. bersabda : Barang siapa yang membaca : “Astaghfirullâhal-ladzî lâ ilâha illâ Huwal-Hayyul-Qayyûm wa atûbu ilaihi”. Maka akan diampuni segala dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari perang (desersi). (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud, dan Hakim berkata : Hadits ini shahîh menurut syarat Bukhârî dan Muslim). Terjemahannya : “Aku minta ampun kepada Allâh, Yang Tidak ada Sesembahan kecuali Dia, Yang Hidup dan Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya”. Anjuran Untuk Berdo’a dan Istighfâr Di waktu Sepertiga Malam Yang Akhir Rasûlullâh saw. pernah bersabda : “Rabb kita turun ke langit dunia pada tiap-tiap sepertiga malam yang terakhir, maka Dia berfirman : “Siapa yang berdo’a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, siapa yang minta kepada-Ku maka akan aku berikan, siapa yang minta ampun (istighfâr) kepada-Ku maka akan Aku ampuni baginya”. (H.R. Bukhârî dan Muslim) Dan Al-Qur-’ân menyatakan bahwa beristighfâr waktu sahur atau sepertiga malam yang akhir merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertaqwa : “Dan orang-orang yang bersabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menginfaq-kan hartanya di jalan Allâh dan yang memohon ampun (istighfâr) di waktu sahur”. (Surah Ali ‘Imran (3) : 17) Keistimewaan (Fadhîlah) Shalat Malam March 17, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Keistimewaan (Fadhîlah) Shalat Malam A. Menghalau Penyakit Dari Tubuh Rasûlullâh saw. bersabda : “Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam, karena hal itu merupakan adat kebiasan orang-orang shalih sebelum kalian dan sebagai pendekatan diri (taqarrub) kepada Allâh, penghalang dari perbuatan dosa, penghapus bagi perbuatan-perbuatan yang buruk dan membuang penyakit dari tubuh”. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi dari Bilal. Dan juga Tirmidzi, hakim dan Baihaqi dari abu Umamah. Dan juga Ibnu ‘Asakir dari Abu Darda’. Dan juga Thabrani dari Salman. Dan juga Ibnu Sunnî dari Jabir. Lihat Fathul-Kabir dari Syaikh Al-Albani juz IV hal. 50 no. : 3958) B. Mengalahkan Syaithan Rasûlullâh saw. bersabda : “Syaithan itu mengikat tengkuk kepala salah seorang kalian ketika ia tidur, dengan tiga ikatan. Ia memukul pada tempat-tempat ikatan tersebut – sambil berkata — : “Malam masih panjang bagimu, tidurlah”. Maka apabila ia terbangun dan mengingat Allâh (dzikir), maka lepaslah satu ikatan. Dan apabila ia berwudhu, lepas pula satu ikatan berikutnya. Dan jika ia shalat, maka lepaslah ikatan – yang terakhir –. Maka ia pun menjadi orang yang giat dan baik jiwanya. Dan jika ia tidak – bangun untuk shalat — maka menjadi buruklah jiwanya dan malas”. (H.R. Bukhârî juz II hal. 65) Imam Ibnu Hajar berkata : “Sesungguhnya di dalam shalat malam itu terdapat rahasia perbaikan jiwa walau pun orang yang melakukannya tidak sedikit pun mengingat hal ini. Inilah yang diisyarakan oleh firman Allâh : “Sesungguhnya bangun di waktu malam itu lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Surah Al-Muzzammil (73) : 6) (Lihat Fathul-Bâri juz III hal. 26) C. Mendapatkan Kemuliaan Dunia dan Akhirat Rasûlullâh saw. bersabda : “Kemuliaan seorang mu’min — terletak — pada shalatnya di waktu malam, sedangkan kejayaannya – terletak – pada sikap tidak berhajat (ingin) terhadap apa-apa yang berada di tangan orang lain”. (H.R. ‘Uqaili dan Khathib dari Abu Hurairah. Lihat Fathul-Kabir dari Syaikh Al-Albani jilid III hal. 229 no. 3604) Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan keistimewaan atau fadhîlah shalat malam. Jumlah Raka’at Shalat Malam March 15, 2009 Debby Nasution No Comments » DZIKRULLÂH Jumlah Raka’at Shalat Malam Dari ‘Abdullâh bin ‘Umar r.a., ia berkata : “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya – kepada Rasûlullâh saw. — : “Ya Rasûlullâh bagaimanakah shalat malam itu ?”. Beliau menjawab : “Dua-dua, maka jika engkau kuatir subuh, witirlah dengan satu “. (H.R. Bukhârî) Dari Masruq, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Âisyah r.a. tentang shalat malamnya Rasûlullâh saw., maka ia berkata : “Tujuh atau sembilan atau sebelas raka’at, selain dua raka’at shalat Fajar”. (H.R. Bukhârî) Adapun Ahmad dan Abu Dawud telah meriwayatkan dari ‘Abdullâh bin Abi Qais dari ‘Âisyah dengan lafazh : “Adalah dia (Nabi saw.) witir dengan empat dan tiga (tujuh raka’at), dengan enam dan tiga (sembilan raka’at), dengan delapan dan tiga (sebelas raka’at) dan dengan sepuluh dan tiga (tigabelas raka’at). Beliau saw. tidak pernah mengerjakan lebih dari sepuluh dan tiga (tigabelas raka’at) dan tidak pernah mengerjakan kurang dari empat dan tiga (tujuh raka’at)”. (Lihat Fathul-Bâri juz III hal. 21) Waktu Untuk Mengerjakan Shalat Malam Telah disebutkan dalam sebuah hadits : Adalah dia (Nabi saw.) melakukan shalat witir di awal malam, dan di tengah malam, dan di akhir malam. (H.R. Ahmad dari Abu Mas’ud. Lihat Fathul-Kabir dari Syaikh Al-Albani jilid IV hal 278 no. 4900) Jadi, shalat malam itu bisa dilakukan di awal malam, tengah malam dan akhir malam. Next Page » Recent Posts ◾Perhitungan Zakat Dan Penyalurannya ◾Pengertian I’tikaf ◾Al-Quran Diturunkan Pada 17 Ramadhan? ◾Segera Berbuka Ketika Matahari Terbenam (Maghrib) ◾Apa Arti Taqwa? ◾Beramal Dengan Hadits Dha’if ◾Orang Yang Dalam Keadaan Safar Dan Tidak Berpuasa Boleh Melakukan Hubungan Suami Isteri ◾Status Anak Angkat ◾Pengertian Sabar Yang Sesungguhnya ◾Mulai Shalat Tarawih Topics ◾'AQÎDAH ◾3 LANDASAN UTAMA ◾DZIKRULLÂH ◾FIQIH KONTEMPORER ◾HAJI & UMRÂH ◾SIRÂH ◾Tafsir ◾TALKHIS (RINGKASAN) ◾Tanya Jawab ◾Uncategorized Copyright © 2014 As-Salaf Information and Islamic Study Center (ASIISC) • Sitemap • Facebook Tanah

Jumat, 20 Agustus 2010

PEMBELAJARAN DEMI PEMBELAJARAN

Setiap Waktu adalah hal yang dapat diambil sebuah pembelajaran.

Apa apa yang telah terjadi pada alam ini menjadikan kita untuk dapat menariknya menjadi sebuah pelajaran.
Pada saat kita hendak tidur apa yang dapat kita tarik menjadi sebuah pelajaran adalah bahwa hidup ini punya putaran waktu dan semua harus tunduk pada aturanNYA atau dengan kata lain adalah tunduk pada aturan alam ini, dan yang sudah pasti adalah alam yang di atur oleh sang Maha Pengatur.